Kahfi Training Centre

Selasa, 24 Februari 2009

Raih kasihNya dengan mencintai


Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiim

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Al Anbiyaa` : 107

Puji Syukur hanya terucap dan teruntuk Allah SWT saja, Tuhan sekalian Alam, sang Raja pengasa hari pembalasan, sang `presiden` ketika hari perhitungan, tiada sekutu bagiNya. Sholawat dan salam selalu terlimpah ruah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para mujahid yang selalu meneladani akhlak beliau termasuk juga untuk pengikut setianya hingga datangnya hari akhir kelak.
Amien.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 14 Februari 2009 banyak diantara saudara-saudara kita yang masih terjebak dalam kungkungan budaya zionis dan antek-anteknya. Ya, hari itu banyak orang menyebutkan hari berkasih sayang alias Velentine`s Day. Mulai dari iklan-iklan radio hingga event-event yang diselenggarakan di mall dan supermarket semuanya terhipnotis untuk menyambut hingga memperingatinya. Hari valentine seakan-akan layaknya sebuah agama baru yang mewajibkan pengikut faham `coklat giving` kudu melakukannya sebagai sebuah dalih kasih sayang.

Di Yogya budaya Valentine cukup masive di sekolah-sekolah, selain itu sebuah Radio swasta terkenal mengadakan program kuis bekerjasama dengan produk kecantikan yang intinya saling mengungkapkan kasih sayangnya melalui siaran radio (weleh….weleh…..weleh……weleh……) Lain lagi ceritanya ketika saya berkunjung ke kota Pahlawan (Surabaya) saat silaturahiim ke tempat mbak Isti dan menjemput rezeki disana. Beberapa mall besar di kota yang seakan gak pernah mati tersebut menggelar acara bertajuk merah jambu, dari dekorasi hingga pakaian MCnya serba merah jambu (weits jangan su`udzon dulu lho, kebetulan saya n beberapa ikhwah –temen mbak isti- disana mengajak saya untuk menyelami dunia remaja dan remaji kota Suroboyo. Itu baru mall-nya saja, belum lagi `pagelaran akbar` disebuah lokalisasi pramuria terkenal di Surabaya (gang `dodolan nafsu syaithony` alias Dolly), untuk memperingati hari valentine pengelola lokalisasi tak tanggung-tanggung menggelar diskon khusus mulai dari kelas tukang becak hingga kelas hotel berbintang. Astaghfirullah …… ya itulah deskripsi singkat kota Surabaya, sebagai sebuah kota metropolitan yang perlu banyak perjuangan dakwah disana.

Berbicara masalah dakwah nampaknya nasehat nomor Sembilan dari buku Muhammad sebagai Pedagang bisa memberikan sebuah gambaran akan pentingnya kita menebar kasih sayang. BUkankah dakwah itu juga penuh dengan kasih sayang, selain di Al Qur`an nyata-nyata juga tersurat ungkapan kasih sayang, “Tidak ada satu makhluk pun yang diciptakan kecuali telah lengkap dengan rezekinya.” Penafsiran Aa` Gym akan ayat ini adalah bahwa kita sama sekali tidak disuruh mencari rezeki (lha wong ra ono sing mbuwang tho?), melainkan menjemput rezeki. Karena sesungguhnya rezeki sudah ada begitu kita diciptakan. Setidak-tidaknya ada tiga macam rezeki, yaitu rezeki yang dijamin (materi, jodoh) rezeki yang digantungkan (pangkat, jabatan, popular) dan rezeki yang dijanjikan (surga firdausi).

Lha truz, apa bedanya mencari dan menjemput ? Yo jelas bedho no, kalau mencari bisa ada dan bisa tidak. Akan tetapi kalau menjemput yah sudah pasti ada. Masalahnya belum tentu ketemu saja yang kesemuanya bergantung pada ketrampilan kita dalam menjemputnya. Dengan kesadaran dan kepahaman kita terhadap Allah yang Maha Kaya dan Maha Mengkayakan, tentu kita percaya bahwa rezeki sama sekali tidak hilang atau terhalang oleh pesaing. Justru dengan adanya pesaing bukankah semakin menunjukkan produk suatu perusahaan itu berkualitas atau kualitas ecek-ecek saja, tetapi munculnya pesaing merupakan motivasi bagi entrepreneur untuk berinovasi dan berkreasi untuk mengembangkan produknya. So, saatnya kita sekarang untuk mencintai pesaing.

Mencintai pesaing ? kok iso ? bukane dunia bisnis yang ada sekarang persaingannya kian sengit dan rumit, maaf bahkan pengalaman-pengalaman yang sudah, gara-gara pesaing seorang entrepreneur malah jadi pusing. STOP ! simpanlah segala kekhawatiran itu, karena ada beberapa alasan untuk bisa mencintai pesaing.

Pertama, Education the Customers

Lebih dari 20 tahun silam pelopor positioning AL Ries emnasehatkan, bersikap bersahabatlah terhadap pesaing. AL Ries terus mencontohkan, Coca Cola sebenarnya berutang budi kepada Pepsi Cola. Hal ini karena perseturan antara Coke dan Pepsi membuat konsumen semakin sadar akan keberadaan minuman kola. Kenapa harus kola ka nada minuman lainnya semisal the botol, jus buah, energy drink atau lainnya. Kalau Coke bermain sendiri maka dia akan kelabakan dalam mendidik atau mengedukasi konsumen untuk menyukai kola.

Kedua, Gathering the Customers

Dalam bahasa yang lugas dan cerdas, Bapak Marketing Indonesia Hermawan KErtajaya pernah mengumpamakan tentang seorang pedagang martabak akan kewalahan jika jualan sendirian. Ia akan sangat terbantu jika pedagang martabak yang lain ikut jualan disampingnya. Dengan begitu calon pembeli akan dimudahkan untuk mencari produk martabak di sebuah sentral pedagang martabak. Hal ini yang kemudian kita jumpai ada pasar kerajinan, pasar ikan, pasar murah meriah, pasar `klithikan` dan lain sebagainya yang intinya melokalisir sejumlah pedagang dengan produk yang sejenis.

Ketiga, Expanding the Market

Pernah mendengar sebuah ungkapan “Kalau makan kue sendirian bisa eneg, mendingan makannya bareng-barang” Selama ini dalam benak kita terhadap munculnya pesaing dapat memperkecil irisan kue (market share) yang selama ini kita nikmati. Itu memang benar, tetapi mohon dicatat dan direnungkan baik-baik. Pada waktu yang sama hadirnya pesaing malah justru memperbesar ukuran kue (market size). Inilah manfaat utamanya dari persaingan, yaitu mengedukai dan menghimpun konsumen sehingga pada akhirnya memperluas pasar secara keseluruhan.

Keempat, Improving Self-Performance

Pepatah yang sering terdengar sebagai sebuah hikmah yang bermakna dalam adalah “Semakin tinggi pohon, semakin kuat anginnya” Itu pula yang berlaku dalam rimba bisnis. Namun demikian, kami menganjurkan : jangan takut, jangan benci dan jangan pula meremehkan pesaing. Karena di satu sisi memang Allah-lah yang menciptakan pesaing. Itu sudah sunnatullah. MAlah nek boleh dikatakan persaingan itu adalah anugerah bukan musibah. Secara sederhana juga Aa`gym mengambil analogi, “Apa gunanya jadi juara umum kalau ternyata balap karung sendirian? APa gunanya jadi juara dunia kalau ternyata lawannya hanya anak TK?” sekali lagi munculnya pesaing dalam bisnis akan menggedor kemampuan potensi terpendam kita, lha bukankah itu adalah sbeuah anugerah ?

Kelima, Conducting Benchmarking

Persaingan yang ada ibarat sebuah kayu ukur. Maksudnya adalah nyatanya pesaing lebih lihai dan piawai daripada kita, ya sudah, tiru saja. Jangan sungkan-sungkan, inilah yang disebut dengan Benchmarking, salah satu maneuver ampuh bagi setiap pemain untuk naik level. Bukankah juga meniru adalah tingkat kreativitas paling rendah ? Sekali lagi jangan sungkan. Terapkan metode ini : ATM Amati, Tiru dan Modifikasi, That`s it. ATau kalo pernah berkunjung ke taman pintar ada 5 N : Ndelokake – Niteni – Nirokake – Nambahi – Nemokake (Melihat – Mangamati – Menirukan – Menambahi – Menemukan)

Keenam, Creating Positive Image

Manfaat berikutnya, persaingan akan mencurahkan citra positif kepada seluruh pemain. Contoh sedrhananya adalah seorang polisi akan bias naik pangkat jika telah menunjukkan kinerja yang sudah dilakukan. Berapa banyak kasus yang telah diselesaikan, berapa penjahat yang sudah diamankan, berapa banyak `setoran` yang di sampaikan (weit`s ….. untuk yang ini Wallahu a`lam) Bahasa sederhananya untuk mendapatkan hasil yang terbaik, bisa jadi pesaing bisa diciptakan sehingga akan selaras dengan ungkapan “We are born to complete, not to compete”

Jadi berbahagialah kita yang mempunyai pesaing sehingga dapat memunculkan potensi dan kemampuan kita, tim kita, jamaah kita.

Saat ini, saya akan mencoba untuk membawa pembicaraan diatas dalam konteks dakwah. Salah satu oleh-oleh yang saya bawa pulang dari perjalanan 3 hari di Surabaya adalah oleh-oleh jiddiyah dan obsesi. Bagi saya, kondisi yang ekstrim terkadang perlu kita alami untuk belajar memunculkan segenap potensi yang kita punyai.

Surabaya berbeda dengan Yogyakarta. Kalau boleh saya mengatakan kenampakan dakwah disana merupakan kenampakkan Jogja di tahun 1999 yang lalu. Sehingga saya melihat perjuangan para ikhwah disana dalam melakukan aktivitas dakwah cukup memberikan pengalaman yang berarti bagi saya saat beraktivitas di Jogjakarta, khususnya di Sleman. Satu kata,kita patut bersyukur. Sebagai contoh, pengampuan amanah keDPCan di Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya Barat hanya diampu oleh 10 orang kader saja (5 orang ikhwan dan 5 orang akhwat), ya cuma itu kader seDPC sementara mereka harus bergerak melawan Basis Partainya mbak Mega dan mas Jusuf Kalla. Sehingga kondisinya adalah kualitas kadernya tidak diragukan lagi, saya banyak belajar dari mereka. Lha truz basis masa jamaah kita dimana ? Basis masa orang-orang tarbiyah adalah di wilayah Gubeng (kalau sini ya daerah pogung dan sekitarnya) karena terdapat beberapa kampus yang ada disana seperti Airlangga, ITS dan UNESA, tapi juga hampir sama kondisinya dengan Jogja, karena rata-rata mahasiswa adalah orang pendatang dari mojokerto, malang, jombang, blitar dan sekitarnya sehingga pergeraknnya kurang bisa masiv dan sifatnya adalah kader pendukung saja. Akhirnya sepulang dari sana saya berdoa untuk keistiqomahan ikhwah di Surabaya sehingga bisa mewujudkan target 12 kursi anggota dewan yang tahun 2004 kemarin hanya 3 orang saja (400 % bung !!!).

Nha terlepas dari cerita saya di Surabaya nampaknya keenam panduan untuk mencintai pesaing diatas dapat kita manfaatkan untuk bergerak dalam aktivitas dakwah kita sehingga dakwah yang kita lakukan ini adalah dakwah yang sustain and survive (bertahan dan berkesinambungan), kalaulah ada pesaing jadikan sebuah motivasi untuk menjadi yang terbaik tanpa harus menghancurkan pesaing.

Wis-Sudah `kajian` buku tentang Muhammad sebagai Pedagang ini. Semoga bisa diambil manfaat dan barokahnya baik ketika kita ingin memulai usaha, saat merintis usaha atau disisi lain disaat kita beraktivitas dalam dakwah. Karena dakwah dan bisnis tak dapat dipisahkan, bahkan keduanya adalah saling mendukung. Nha, untuk tulisan selanjutnya ingin saya paparkan mengenai Dakwah dan Bisnis : Sama Pentingnya. So, don`t go anywhere, insya Allah kita ketemu dalam forum yang sama dan dalam nasehat-nasehat yang berbeda, intinya bisa menyemangati, mengobsesi dan menginspirasi karena itulah bahan bakar abadi dalam kita menapaki jalan perjuangan ini.

Hayya bil Jihad !!! !!!

Rahmat Semesta Alam

Allah limpahkan rahmat-Mu selalu
Kepada semesta Alam, kepada hamba-Mu
Allah curahkanlah karunia-Mu selalu
Kepada utusan-Mu, kepada rasul-Mu

Allah berikanlah hidayah-Mu selalu
Mudahkanlah kami `tuk menemukan jalan-Mu
Allah bukakanlah ampunan-Mu selalu
Selamatkan kami saat kembali kepada-Mu

(take from Andalus feat Khalifah lyrics of nasheed)

Terakhir dari buku ini ada 10 tip menarik yang bisa melipatkan rezeki:
1.Meletakkan syukur sebagai `uang muka`
2.Membiasakan `sholat bisnis`
3.Dzikir secara otak Kanan
4.Menyegerakan Sedekah
5.Memperbanyak Sedekah
6.Mengosongkan sepertiga isi Lemari Baju
7.Melapangkan kening, Melapangakan Rezeki
8.Berpikir Positif ke tiga Arah
9.Menciptakan Pesaing
10.Memastikan factor Pengali dan factor Pemenuhan

Salam Perjuangan !!!
mujahidmuda
MariefuniM
(realmujaheed.wordpress.com)

Label:

Kamis, 12 Februari 2009

Untung yang Berlipat

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah …… Alhamdulillah …… Alhamdulillahirabbil `alamin, Washsholatuwassalamu `alaa ashshrofil anbiyai wal mursalin, wa `alaa alihi washohbihii ajma`iin, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.

Bismillahirrahmanirrahiim

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Ayat diatas meninspirasi kita untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Di dunia ini semua orang ingin untung, permalsahannya adalah bukan keuntungannya, melainkan jenis keuntungan yang di dapatkan. Sebagian orang memandang kuntungan itu ditunjukkan dengan sebuah materi (uang, mobil, rumah mewah, emas melimpah, dan lain-lain). Maaf, jika hanya sesempit itu, maka bisa jadi yang ia dapatkan ya cuma materi itu saja. Kalau hanya sekedar materi belaka, bukankah kita tidak jauh dengan pencuri, koruptor, dkk ?

Nha, sepantasnya keuntungan yang kita peroleh dalam aktivitas apapun terlebih dalam urusan bisnis, dapat menumbuhkan potensi yang kita miliki. Maksudnya adalah dengan keuntungan yang kita dapat mampu memberikan pembelajaran dan pengalaman. Bukankah nasehat Ust. Anis Matta adalah Jadilah manusia Pembelajar, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Menjadi manusia pembelajar adalah seseorang yang haus akan pengalaman, bisa jadi pernah mengalaminya namun manusia pembelajar berpikiran bahwa pengalaman yang dulu akan berbeda dengan pengalaman yang kini ia dapatkan sehingga hal ini yang menjadikan manusia pembelajar tak kenal henti untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan menjadi manusia pembelajar juga selaras dengan sabda Nabi yang artinya “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari pada kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saj ? dia adalah orang yang merugi, kalau lebih baik? Dia adalah orang yang celaka” Kalaulah kita mempunyai pengalaman gagal, justru hal itu yang justru menjadi guru inspirasi kita, sehingga otak kita akan merespon dengan sebuah pertanyaan Apa yang menyebabkan kegagalan ini ? dan artinya kita sudah belajar dari kegagalan.

Sekali lagi adalah keuntungan yang kita peroleh mampu meningkatkan potensi yang kita miliki. Bisa jadi kebanyakan orang tidak dapat melipatkan keuntungan yang diperoleh karena belum mengetahui potensi yang dimiliki. Bahkan berdalih bahwa tidak mempunyai potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu ? karena Allah mustahil menciptakan seseorang dengan sia-sia. Dalam surat At Tiin : 4 Allah berfirman bahwa “Sungguh telah Kami jadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk” dan berkorelasi dengan “Engkau adalah umat yang terbaik” Ali Imran : 110. Dua ayat ini menegaskan bahwa setiap kita mempunyai segudang potensi yang dimiliki. Oleh karena itu Allah sangat pantas menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi ini yang istilah kerennya adalah Khalifah, bukan pada langit, bumi atau gunung. Sebagaimana tertuang manis dalam QS. Al Ahzab : 72

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

[1233]. Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

Sungguh Allah telah memilih kita, oleh karena itu Dia tidak semena-mena menciptakan kita tanpa membimbing, menolong dan memberikan solusi ketika kita menjumpai permasalahan. Logika ini yang akan mengantarkan kepada seseorang yang belum menemukan potensi untuk segera mencari segenap potensinya atau seseorang yang salah menemukan potensi untuk kembali menemukan potensinya dengan benar, tha`s it.

Oke deh fren ….. kalau ada yang sudah menemukan potensinya, maka sepatutnya adalah membagikan kepada orang lain. Hal ini yang bisa jadi akan memunculkan untung yang berlipat. Apalagi sikap berbagi ini juga diterapkan oleh pengusaha atau entrepreneur maka akan mengantarkan pada seseorang yang memiliki spiritual entrepreneur, dimana ia senantiasa menyebar kabar gembira dan menebar manfaat bukan malah sebaliknya hanya sekedar mencari untung materi saja.

Pertanyaannya adalah dimanakah korelasi antara berbagi dengan keberhasilan bisnis ? Oke deh, nie diye jawabannya :

Pertama adalah melalui pendekatan spiritual. Yang dimaksud adalah pendekatan yang menekankan pada keberadaan Hidden Stakeholder (Allah azza wa jalla) artinya adalah hanya Dia saja yang akan membalas setiap amalan yang kita lakukan, pun termasuk juga balasan terhadap orang yang senang berbagi. Ust. Yusuf Mansur pun mengenalkan akan keajaiban sedekah yang mungkin menurut orang menganggap sesuatu yang irrasional, tapi itu semua bisa dijawab jika konteksnya adalah IMAN, kedekatan spiritual kita denganNya.

Kedua adalah melalui pendekatan rasional. Sebenarnya setiap kita memberi, maka pada waktu yang bersamaan kita akan membuang `energi negatif` keluar dari tubuh kita, sekaligus juga menghimpun `energi positif` ke dalam diri kita. Coba saja, selepas memberi ada semacam perasaan plong, apalagi yang kita berikan itu sesuatu yang berguna, barmanfaat dan berdaya guna untuk orang yang kita beri. Setiap kita memberi maka akumulasi `energi positif` itu membuat kita feel good dan feel good itu pun memancar. Sehingga belum ada rumusnya orang yang suka memberi itu mudah stress, miskin atau menghambat rezeki yang diberikan Ar Rozaq kepada kita, syaratnya cuma satu IKHLAS saja. Dengan memberi maka kita akan merasakan spiritual happiness yaitu dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi, bukan menerima.

Kebalikannya, rational happiness, dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah menerima sesuatu, dalam benak seseorang yang menerima berpikir bagaimana saya harus membalasnya ?

Boleh juga kita mendengarkan wejangannya Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah” Tidak ketinggalan juga nasehat Robert T Kyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal baliknya, Anda akan menjadi jutawan. JIka Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai timbale baliknya anda akan menjadi milyader” Kok bisa ? yo jelas noi, sakjane opo sing ra mungkin ning ndonya iki, Insya Allah nek Allah meridhoi gak bakal ono sing alang-alangi. Coba deh jika logika ini dibawa dalam aktivitas dakwah kita ? Luar biasa bukan ? dan itu sudah dibuktikan. Seberapa kita peduli untuk berbagi maka obyak dakwah yang kita geluti akan kian mendekati, apalagi jika ditambah Bersih dan Profesional maka kredibilitas kita tidak akan diragukan, So Peduli-Bersih dan Profesional, slogan yang pantas.

Kesimpulannya adalah dari itu semua bukankah Allah itu yang Maha Memberi Manfaat ? sehingga sudah seyogyanya manusia sebagai hamba yang sudah dipilih meniru atau mendekatyi (taqarrub) sifat Allah tersebut. Lha, janggal juga jadinya kalau manusia malah segan dan enggan untuk berbagi, Lak nggih to ?

Akhirnya mari kita renungkan baik-baik sabda sang Nabi “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat sebanyak-banyaknya” dan disambung dengan “Tangan diatas itu lebih Utama daripada tangan yang Dibawah” dilengkapi dengan nasehat Pak Harfan kepada laskar pelangi “Banyak-banyaklah memberi, bukan meminta”

Enough…..

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Salam Perjuangan !!!
Mujahidmuda
MareifuniM
(realmujaheed.wordpress.com)

Label:

Berani, Ahli dan peka Nurani

Assalamu`alaikum Wr.

A`udzubillahiminasysyaithaanirrajiim, Bismillahirrahmanirrahiim

Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahan kamu bersyukur.

[1173]. Pembawa berita gembira maksudnya: Awan yang tebal yang ditiup angin lalu menurunkan hujan. Karenanya dapat dirasakan rahmat Allah dengan tumbuhnya biji-biji yang telah disemaikan dan menghijaunya tanaman-tanaman serta berbuahnya tumbu-tumbuhan dan sebagainya.

[1174]. Yaitu: dengan seizin Allah dan dengan sekehendak-Nya.

Alhamdulillahirabbil`alamiin, Segala puji hanya milik Allah semata, Penguasa Jagad Raya, tiada yang pantas disembah kecuali Dia dan kepadaNya besok kita akan kembali. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan Nabi Agung Muhammad Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat serta pengikut setianya hingga datangnya yaumil akhir.

Dalam menjalani aktivitas dakwah ini hendaknya kita tidak terlepas dari Tripod Kerja yang bersumber pada potensi dasar yang kita miliki. Lho kenapa kok disebut Tripod Kerja ? Tripod adalah alat bantu yang biasa digunakan dalam kamera yang fungsi utamanya adalah membantu menyangga kamera. Kalau dalam dunia fotografi, Tripod berfungsi untuk mengurangi goncangan kamera digital saat menekan shutter sehingga hasil foto bisa tajam tidak blur/terkesan gak jelas. Secara morfologi Tripod terdiri dari tiga kaki yang menyangga tuas tempat meletakkan kamera sehingga secara mandiri Tripod bisa berdiri sendiri.

Tripod Kerja, itulah inti pelajaran ke-7 dari buku Muhammad sebagai Pedagang yang saya ambil sebagai sumber tulisan kali ini. Lebih tepatnya adalah sudah tegakkah Tripod dalam diri kita secara seimbang ? yaitu keberanian (Courage), Kemahiran (Competence) dan Kepekaan Murni (Conscience). Tripod Kerja ini juga boleh diistilahkan dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Dalam artian keras AQnya, cerdas EQ dan IQnya serta ikhlas SQnya. Dengan bertumpu pada tripod kerja ini maka jadilah kombinasi paripurna antara hand, head dan heart (nha, itu dia potensi yang kita punya, Betul ?)

Keberanian yang dimaksud adalah keberanian untuk mencoba dan terus mencoba. Tentang keberanian ini, Allah telah melontarkan kalimat motivasi di dalam Al Qur`an “ Mengapa engkau takut kepada selain Allah?” Oke fren, berbicara realita kehidupan, disekeliling kita, atau malah kita sendiri, banyak orang ketika ingin menghadap pejabat, boz atau seseorang yang mempunyai derajat lebih tinggi biasanya memiliki rasa ketakutan dan perasaan jangan….jangan….. atau sering otak berpikir, pak/ibu itu akan marah nggak ya kalau pakai pakaian ini ….. atau mungkin berpikir njlimet tentang bagaimana sikap yang harus dilakukan kalau berkata seperti ini …., nha pernahkah punya pengalaman seperti itu ? bagi saya adalah manusiawi, lumrah perasaan yang luar biasa menghantui langkah kita mungkin saat mau ketemu dengan seseorang yang mempunyai derajat lebih tinggi diatas kita. Tapi, sekali lagi pertanyaannya adalah Mengapa kita lebih takut dengan makhluk dibandingkan dengan sang Kholik ? Yo podo evaluasi yo ….. atau perasaan takut gagal, takut gak berhasil, takut diketawakan orang, takut gak didengarkan, takut didebat atau ketakutan-ketakutan yang lain, padahal Dia selalu memberikan pertolongan jika kita meminta pertolongan. So, intinya adalah ketakutan yang ada di kepala kita belum tentu terjadi, jadi Berani adalah sebuah solusi, pun termasuk berani untuk mengusir ketakutan dalam otak kita, Setuju ?

Kaitannya dengan dunia entrepreneur, dituntut untuk memiliki sifat keberanian. Berani mengambil resiko dan menentukan keputusan, karena dibandingkan profesi yang lain, nyata-nyata profesi ini jauh lebih dinamis dan menyimpan ketidakpastian. Mau tidak mau, sudi tidak sudi seorang entrepreneur kudu berani menyongsong segala ketidakpastian yang kadang kala tidak menyenangkan.

Ternyata, keberanian saja tidak cukup. Keberanian haruslah diiringi dengan kemahiran, kerja keras mestilah diiringi dengan dengan kerja cerdas karena tanpa itu sama saja dengan jalan ditempat. Oleh karenanya perlu setiap kita memperkaya diri dengan wawasan pengetahuan (tsaqofah). Yah bukan semata-mata pengetahuan terhadap produk (product knowledge), tetapi juga pengetahuan yang mendalam mengenai pelanggan (customer knowledge), pesaing (competitor knowledge) dan lingkungan (environment knowledge). Dengan demikian lambat laun kita akan semakin akrab dengan terminology management information system, customer database, competitive intelligence, market research.

Kaitannya dengan dunia dakwah, pengetahuan diatas juga bisa diterapkan. Bagaimana kita bisa mendesain produk dakwah yang bisa mengena di masyarakat (mad`u) setelah sedikit menganalisis kondisi sekitar terkait dengan siapa, hambatan, peluang dan dukungan.

Setelah mengupas keberanian dan keahlian tersebut, saatnya kita cermati mengenai peka Nurani. Rasulullah yang mulia memberikan anjuran “Sampaikanlah kabar gembira dan Jangan menakut-nakuti, Permudahlah dan Jangan Mempersulit” Bukankah ini adalah metode dakwah yang penuh dengan ajaran humanisme dan sesuai dengan hati nurani manusia sebagai obyek dakwah kita.

Ditarik dari sisi entrepreneur, anjuran Rasulullah tersebut memberikan kemudahan untuk pembeli dalam melakukan interksi jual beli. Penjual dan Pembeli masing-masing menyandang hak pilih untuk mengesahkan atau membatalkan jual beli selama sebelum berpisah, itu ketentuannya. Ada lagi dalil dalam Al Qur`an bahwa Janganlah engkau mengambil harta sesama dengan cara yang batil, kecuali dengan perniagaan yang berdasarkan kesukarelaan antara satu sama lainnya. Lagi-lagi nurani berbicara. DUnia nyata ternayat berbeda saudara-saudara, betapa sering entrepreneur memainkan kolusi dari penguasa dengan dalih `surat sakti` yang bertujuan semata-mata untuk memenangkan suatu transaksi. Sangat jelas, hal ini yang dirugikan adalah pihak penjual karena konsumen tetap membeli kendati tanpa ada kesukarelaan. Pemaksaan ini kesalahan penafsiran Political Power dalam Mega Marketing usulan Philip Kotler oleh pelaku-pelaku ekonomi yang kapitalis. Hal ini akan bisa berhasil dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang yakinlah tidak ada satu entitas bisnis yang sanggup survive dan sustain jika semata-mata mengandalkan pemaksaan berupa perpanjangan tangan penguasa.

Finally, Seorang entrepreneur ataupun aktivis dakwah sejati ketika melakukan aktivitasnya kudu menjaga nilai-nilai yang sudah digariskan. Dengan demikian sewaktu ia menerima sesuatu dari hasil aktivitasnya itu, dirinya akan jauh lebih berharga daripada yang ia dapatkan. Seandianya hartanya dirampas, kantornya hancur, gelarnya dicopot atau putusnya urat nadi ini sungguh ia tidak akan kehilangan satu apa pun. Karena nilai-nilai itu sudah melekat pada dirinya. Jadi, tegakkanlah Tripod Kerja yang seimbang. Dan kepekaan nurani salah satunya.

Di dunia ini, tidak ada pekerjaan yang patut diabaikan, kalau dilaksanakan dengan rasa percaya diri dan penuh kreatifitas. Lakukanlah apa yang dikatakan oleh kata hati, Lakukanlah itu sedemikian rupa sehingga orang lain yang melihatnya dan ingin menyaksikan kita melakukannya berulang kali
--- Dan Zadra ----

Amal yang bagus tidak pernah dilakukan dengan darah dingin. Bahkan Panas diperlukan untuk menempa segala sesuatu. Prestasi-prestasi besar sebenarnya adalah kisah tentang hati yang menyala-nyala

(Good work is never done in cold blood, heat is needed to forge anything. Every great achievement is the story of a flaming heart)

--- A.G. Carlson ---

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Salam Perjuangan !!!
mujahidmuda
MariefuniM
(realmujaheed.wordpress.com)

Label: