Untung yang Berlipat
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah …… Alhamdulillah …… Alhamdulillahirabbil `alamin, Washsholatuwassalamu `alaa ashshrofil anbiyai wal mursalin, wa `alaa alihi washohbihii ajma`iin, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.
Bismillahirrahmanirrahiim
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Ayat diatas meninspirasi kita untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Di dunia ini semua orang ingin untung, permalsahannya adalah bukan keuntungannya, melainkan jenis keuntungan yang di dapatkan. Sebagian orang memandang kuntungan itu ditunjukkan dengan sebuah materi (uang, mobil, rumah mewah, emas melimpah, dan lain-lain). Maaf, jika hanya sesempit itu, maka bisa jadi yang ia dapatkan ya cuma materi itu saja. Kalau hanya sekedar materi belaka, bukankah kita tidak jauh dengan pencuri, koruptor, dkk ?
Nha, sepantasnya keuntungan yang kita peroleh dalam aktivitas apapun terlebih dalam urusan bisnis, dapat menumbuhkan potensi yang kita miliki. Maksudnya adalah dengan keuntungan yang kita dapat mampu memberikan pembelajaran dan pengalaman. Bukankah nasehat Ust. Anis Matta adalah Jadilah manusia Pembelajar, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Menjadi manusia pembelajar adalah seseorang yang haus akan pengalaman, bisa jadi pernah mengalaminya namun manusia pembelajar berpikiran bahwa pengalaman yang dulu akan berbeda dengan pengalaman yang kini ia dapatkan sehingga hal ini yang menjadikan manusia pembelajar tak kenal henti untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan menjadi manusia pembelajar juga selaras dengan sabda Nabi yang artinya “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari pada kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saj ? dia adalah orang yang merugi, kalau lebih baik? Dia adalah orang yang celaka” Kalaulah kita mempunyai pengalaman gagal, justru hal itu yang justru menjadi guru inspirasi kita, sehingga otak kita akan merespon dengan sebuah pertanyaan Apa yang menyebabkan kegagalan ini ? dan artinya kita sudah belajar dari kegagalan.
Sekali lagi adalah keuntungan yang kita peroleh mampu meningkatkan potensi yang kita miliki. Bisa jadi kebanyakan orang tidak dapat melipatkan keuntungan yang diperoleh karena belum mengetahui potensi yang dimiliki. Bahkan berdalih bahwa tidak mempunyai potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu ? karena Allah mustahil menciptakan seseorang dengan sia-sia. Dalam surat At Tiin : 4 Allah berfirman bahwa “Sungguh telah Kami jadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk” dan berkorelasi dengan “Engkau adalah umat yang terbaik” Ali Imran : 110. Dua ayat ini menegaskan bahwa setiap kita mempunyai segudang potensi yang dimiliki. Oleh karena itu Allah sangat pantas menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi ini yang istilah kerennya adalah Khalifah, bukan pada langit, bumi atau gunung. Sebagaimana tertuang manis dalam QS. Al Ahzab : 72
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
[1233]. Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
Sungguh Allah telah memilih kita, oleh karena itu Dia tidak semena-mena menciptakan kita tanpa membimbing, menolong dan memberikan solusi ketika kita menjumpai permasalahan. Logika ini yang akan mengantarkan kepada seseorang yang belum menemukan potensi untuk segera mencari segenap potensinya atau seseorang yang salah menemukan potensi untuk kembali menemukan potensinya dengan benar, tha`s it.
Oke deh fren ….. kalau ada yang sudah menemukan potensinya, maka sepatutnya adalah membagikan kepada orang lain. Hal ini yang bisa jadi akan memunculkan untung yang berlipat. Apalagi sikap berbagi ini juga diterapkan oleh pengusaha atau entrepreneur maka akan mengantarkan pada seseorang yang memiliki spiritual entrepreneur, dimana ia senantiasa menyebar kabar gembira dan menebar manfaat bukan malah sebaliknya hanya sekedar mencari untung materi saja.
Pertanyaannya adalah dimanakah korelasi antara berbagi dengan keberhasilan bisnis ? Oke deh, nie diye jawabannya :
Pertama adalah melalui pendekatan spiritual. Yang dimaksud adalah pendekatan yang menekankan pada keberadaan Hidden Stakeholder (Allah azza wa jalla) artinya adalah hanya Dia saja yang akan membalas setiap amalan yang kita lakukan, pun termasuk juga balasan terhadap orang yang senang berbagi. Ust. Yusuf Mansur pun mengenalkan akan keajaiban sedekah yang mungkin menurut orang menganggap sesuatu yang irrasional, tapi itu semua bisa dijawab jika konteksnya adalah IMAN, kedekatan spiritual kita denganNya.
Kedua adalah melalui pendekatan rasional. Sebenarnya setiap kita memberi, maka pada waktu yang bersamaan kita akan membuang `energi negatif` keluar dari tubuh kita, sekaligus juga menghimpun `energi positif` ke dalam diri kita. Coba saja, selepas memberi ada semacam perasaan plong, apalagi yang kita berikan itu sesuatu yang berguna, barmanfaat dan berdaya guna untuk orang yang kita beri. Setiap kita memberi maka akumulasi `energi positif` itu membuat kita feel good dan feel good itu pun memancar. Sehingga belum ada rumusnya orang yang suka memberi itu mudah stress, miskin atau menghambat rezeki yang diberikan Ar Rozaq kepada kita, syaratnya cuma satu IKHLAS saja. Dengan memberi maka kita akan merasakan spiritual happiness yaitu dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi, bukan menerima.
Kebalikannya, rational happiness, dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah menerima sesuatu, dalam benak seseorang yang menerima berpikir bagaimana saya harus membalasnya ?
Boleh juga kita mendengarkan wejangannya Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah” Tidak ketinggalan juga nasehat Robert T Kyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal baliknya, Anda akan menjadi jutawan. JIka Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai timbale baliknya anda akan menjadi milyader” Kok bisa ? yo jelas noi, sakjane opo sing ra mungkin ning ndonya iki, Insya Allah nek Allah meridhoi gak bakal ono sing alang-alangi. Coba deh jika logika ini dibawa dalam aktivitas dakwah kita ? Luar biasa bukan ? dan itu sudah dibuktikan. Seberapa kita peduli untuk berbagi maka obyak dakwah yang kita geluti akan kian mendekati, apalagi jika ditambah Bersih dan Profesional maka kredibilitas kita tidak akan diragukan, So Peduli-Bersih dan Profesional, slogan yang pantas.
Kesimpulannya adalah dari itu semua bukankah Allah itu yang Maha Memberi Manfaat ? sehingga sudah seyogyanya manusia sebagai hamba yang sudah dipilih meniru atau mendekatyi (taqarrub) sifat Allah tersebut. Lha, janggal juga jadinya kalau manusia malah segan dan enggan untuk berbagi, Lak nggih to ?
Akhirnya mari kita renungkan baik-baik sabda sang Nabi “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat sebanyak-banyaknya” dan disambung dengan “Tangan diatas itu lebih Utama daripada tangan yang Dibawah” dilengkapi dengan nasehat Pak Harfan kepada laskar pelangi “Banyak-banyaklah memberi, bukan meminta”
Enough…..
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Salam Perjuangan !!!
Mujahidmuda
MareifuniM
(realmujaheed.wordpress.com)
Alhamdulillah …… Alhamdulillah …… Alhamdulillahirabbil `alamin, Washsholatuwassalamu `alaa ashshrofil anbiyai wal mursalin, wa `alaa alihi washohbihii ajma`iin, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.
Bismillahirrahmanirrahiim
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Ayat diatas meninspirasi kita untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Di dunia ini semua orang ingin untung, permalsahannya adalah bukan keuntungannya, melainkan jenis keuntungan yang di dapatkan. Sebagian orang memandang kuntungan itu ditunjukkan dengan sebuah materi (uang, mobil, rumah mewah, emas melimpah, dan lain-lain). Maaf, jika hanya sesempit itu, maka bisa jadi yang ia dapatkan ya cuma materi itu saja. Kalau hanya sekedar materi belaka, bukankah kita tidak jauh dengan pencuri, koruptor, dkk ?
Nha, sepantasnya keuntungan yang kita peroleh dalam aktivitas apapun terlebih dalam urusan bisnis, dapat menumbuhkan potensi yang kita miliki. Maksudnya adalah dengan keuntungan yang kita dapat mampu memberikan pembelajaran dan pengalaman. Bukankah nasehat Ust. Anis Matta adalah Jadilah manusia Pembelajar, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. Menjadi manusia pembelajar adalah seseorang yang haus akan pengalaman, bisa jadi pernah mengalaminya namun manusia pembelajar berpikiran bahwa pengalaman yang dulu akan berbeda dengan pengalaman yang kini ia dapatkan sehingga hal ini yang menjadikan manusia pembelajar tak kenal henti untuk melakukan sesuatu yang baru. Dengan menjadi manusia pembelajar juga selaras dengan sabda Nabi yang artinya “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari pada kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saj ? dia adalah orang yang merugi, kalau lebih baik? Dia adalah orang yang celaka” Kalaulah kita mempunyai pengalaman gagal, justru hal itu yang justru menjadi guru inspirasi kita, sehingga otak kita akan merespon dengan sebuah pertanyaan Apa yang menyebabkan kegagalan ini ? dan artinya kita sudah belajar dari kegagalan.
Sekali lagi adalah keuntungan yang kita peroleh mampu meningkatkan potensi yang kita miliki. Bisa jadi kebanyakan orang tidak dapat melipatkan keuntungan yang diperoleh karena belum mengetahui potensi yang dimiliki. Bahkan berdalih bahwa tidak mempunyai potensi sama sekali. Padahal, mana mungkin begitu ? karena Allah mustahil menciptakan seseorang dengan sia-sia. Dalam surat At Tiin : 4 Allah berfirman bahwa “Sungguh telah Kami jadikan manusia dalam sebaik-baik bentuk” dan berkorelasi dengan “Engkau adalah umat yang terbaik” Ali Imran : 110. Dua ayat ini menegaskan bahwa setiap kita mempunyai segudang potensi yang dimiliki. Oleh karena itu Allah sangat pantas menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi ini yang istilah kerennya adalah Khalifah, bukan pada langit, bumi atau gunung. Sebagaimana tertuang manis dalam QS. Al Ahzab : 72
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,
[1233]. Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.
Sungguh Allah telah memilih kita, oleh karena itu Dia tidak semena-mena menciptakan kita tanpa membimbing, menolong dan memberikan solusi ketika kita menjumpai permasalahan. Logika ini yang akan mengantarkan kepada seseorang yang belum menemukan potensi untuk segera mencari segenap potensinya atau seseorang yang salah menemukan potensi untuk kembali menemukan potensinya dengan benar, tha`s it.
Oke deh fren ….. kalau ada yang sudah menemukan potensinya, maka sepatutnya adalah membagikan kepada orang lain. Hal ini yang bisa jadi akan memunculkan untung yang berlipat. Apalagi sikap berbagi ini juga diterapkan oleh pengusaha atau entrepreneur maka akan mengantarkan pada seseorang yang memiliki spiritual entrepreneur, dimana ia senantiasa menyebar kabar gembira dan menebar manfaat bukan malah sebaliknya hanya sekedar mencari untung materi saja.
Pertanyaannya adalah dimanakah korelasi antara berbagi dengan keberhasilan bisnis ? Oke deh, nie diye jawabannya :
Pertama adalah melalui pendekatan spiritual. Yang dimaksud adalah pendekatan yang menekankan pada keberadaan Hidden Stakeholder (Allah azza wa jalla) artinya adalah hanya Dia saja yang akan membalas setiap amalan yang kita lakukan, pun termasuk juga balasan terhadap orang yang senang berbagi. Ust. Yusuf Mansur pun mengenalkan akan keajaiban sedekah yang mungkin menurut orang menganggap sesuatu yang irrasional, tapi itu semua bisa dijawab jika konteksnya adalah IMAN, kedekatan spiritual kita denganNya.
Kedua adalah melalui pendekatan rasional. Sebenarnya setiap kita memberi, maka pada waktu yang bersamaan kita akan membuang `energi negatif` keluar dari tubuh kita, sekaligus juga menghimpun `energi positif` ke dalam diri kita. Coba saja, selepas memberi ada semacam perasaan plong, apalagi yang kita berikan itu sesuatu yang berguna, barmanfaat dan berdaya guna untuk orang yang kita beri. Setiap kita memberi maka akumulasi `energi positif` itu membuat kita feel good dan feel good itu pun memancar. Sehingga belum ada rumusnya orang yang suka memberi itu mudah stress, miskin atau menghambat rezeki yang diberikan Ar Rozaq kepada kita, syaratnya cuma satu IKHLAS saja. Dengan memberi maka kita akan merasakan spiritual happiness yaitu dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah memberi, bukan menerima.
Kebalikannya, rational happiness, dimana seseorang mengalami kebahagiaan setelah menerima sesuatu, dalam benak seseorang yang menerima berpikir bagaimana saya harus membalasnya ?
Boleh juga kita mendengarkan wejangannya Phytagoras, “Bilamana ingin melipatgandakan kebahagiaan, maka bagikanlah” Tidak ketinggalan juga nasehat Robert T Kyosaki, “Jika Anda membangun bisnis yang melayani ribuan orang, maka sebagai timbal baliknya, Anda akan menjadi jutawan. JIka Anda bisa membangun bisnis yang melayani jutaan orang, maka sebagai timbale baliknya anda akan menjadi milyader” Kok bisa ? yo jelas noi, sakjane opo sing ra mungkin ning ndonya iki, Insya Allah nek Allah meridhoi gak bakal ono sing alang-alangi. Coba deh jika logika ini dibawa dalam aktivitas dakwah kita ? Luar biasa bukan ? dan itu sudah dibuktikan. Seberapa kita peduli untuk berbagi maka obyak dakwah yang kita geluti akan kian mendekati, apalagi jika ditambah Bersih dan Profesional maka kredibilitas kita tidak akan diragukan, So Peduli-Bersih dan Profesional, slogan yang pantas.
Kesimpulannya adalah dari itu semua bukankah Allah itu yang Maha Memberi Manfaat ? sehingga sudah seyogyanya manusia sebagai hamba yang sudah dipilih meniru atau mendekatyi (taqarrub) sifat Allah tersebut. Lha, janggal juga jadinya kalau manusia malah segan dan enggan untuk berbagi, Lak nggih to ?
Akhirnya mari kita renungkan baik-baik sabda sang Nabi “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat sebanyak-banyaknya” dan disambung dengan “Tangan diatas itu lebih Utama daripada tangan yang Dibawah” dilengkapi dengan nasehat Pak Harfan kepada laskar pelangi “Banyak-banyaklah memberi, bukan meminta”
Enough…..
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Salam Perjuangan !!!
Mujahidmuda
MareifuniM
(realmujaheed.wordpress.com)
Label: untung yang berlipat
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda