Tegas dan Konsisten dalam Bersikap
Artikel Bulanan PSDM : Saturday on Agustus,1, 2009
Assalamu`alaikum Wr Wb
Bismillahirrahanirrahiim
Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepadaniatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuainiatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits)
Niat baik mungkin merupakan titik awal yang tepat untuk sebuah prestasi. Tapi tak akan menghasilkan apa-apa jika tidak disertai sebuah tindakan. Banyak orang mengacaukan niat dan tujuan dengan prestasi. Alasan mereka adalah yang paling penting dari semuanya adalah ide. Pada kenyataannya, ide yang paling tanggung pun tetapi dilaksanakan, akan lebih baik dibanding ide jenius tapi hanya tersimpan rapi di memori otak kita. Mengembangkan kebiasaan bertindak mungkin akan sulit pada awalnya, tetapi semakin banyak kita berlatih akan menjadi semakin mudah. Bukankah BIsa itu karena Biasa ?
Hadits diatas merefresh kita untuk memperbarui setiapniat kita dalam menjalani setiap aktivitas. Kebaikan yang absolute/sempurna adalah kebaikan yang berasal dariniat yang baik.
Niat memiliki 2 fungsi:
1. Jika niat berkaitan dengan sasaran suatu amal (ma’bud), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara amal ibadah dengan amal kebiasaan.
2. Jika niat berkaitan dengan amal itu sendiri (ibadah), maka niat tersebut berfungsi untuk membedakan antara satu amal ibadah dengan amal ibadah yang lainnya.
Pengaruh niat yang Salah Terhadap Amal Ibadah
Jika para ulama berbicara tentang niat, maka mencakup 2 hal:
1.niat sebagai syarat sahnya ibadah, yaitu istilah niat yang dipakai oleh fuqoha’.
2.niat sebagai syarat diterimanya ibadah, dengan istilah lain: Ikhlas.
Niat pada pengertian yang ke-2 ini, jika niat tersebut salah (tidak Ikhlas) maka akan berpengaruh terhadap diterimanya suatu amal, dengan perincian sebagai berikut:
a. Jika niatnya salah sejak awal, maka ibadah tersebut batal.
b. Jika kesalahan niat terjadi di tengah-tengah amal, maka ada 2 keadaan:
- Jika ia menghapus niat yang awal maka seluruh amalnya batal.
- Jika ia memperbagus amalnya dengan tidak menghapus niat yang awal, maka amal tambahannya batal.
c. Senang untuk dipuji setelah amal selesai, maka tidak membatalkan amal.
Beribadah dengan Tujuan Dunia
Pada dasarnya amal ibadah hanya diniatkan untuk meraih kenikmatan akhirat. Namun terkadang diperbolehkan beramal dengan niat untuk tujuan dunia disamping berniat untuk tujuan akhirat, dengan syarat apabila syariát menyebutkan adanya pahala dunia bagi amalan tersebut. Amal yang tidak tercampurniat untuk mendapatkan dunia memiliki pahala yang lebih sempurna dibandingkan dengan amal yang disertai niat duniawi.
Dalam setiap aspek kehidupan kita bisa memilih menjadi pengamat atau pemain hebat. Kita mungkin bisa belajar banyak dari mengamati, tapi akan ada waktu dimana kita akan berkontribusi. Penilaian orang lain kepada kita akan berdasarkan apa yang telah kita perbuat/lakukan bukan berasal dari hasil mengamati orang lain yang kita bicarakan.
Sebuah tindakan yang dilakukan dengan kesungguhan dan penuh perjuangan maka hasilnya adalah kesuksesan. Kunci utamanya adalah penerapan keprcayaan diri, kepada sesama rekan atau sahabat dan kepada sang Pencipta. Jika kita percaya kepada ide-ide dan kemampuan kita dan mempercayai kebersamaan sang Pencipta maka pemikiran-pemikian dan perbuatan kita akan mendatangkan kesuksesan.
Selain kerja keras dan kegigihan dalam berjuang, unsure sukses lainnya adalah mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Mengambil resiko tidak sama dengan spekulasi atau bertindak tidak tanggungjawab. Orang kadang mengacaukan sikap tidak tanggung jawab dan tindakan gegabah dengan mengambil resiko. Ketika hasilnya rugi, mereka segera mencari kambing hitam sebagai pelampiasan kekecewaan. Mengambil resiko secara bertanggungjawab didasari pengetahuan, pelatihan, studi cermat, rasa percaya diri dan kompetansi yang membuat seseorang menjadi berani bertindak sambil menghadapi rasa takutnya. Orang yang tidak pernah melakukan sesuatu tidak akan pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi tidak melakukan apa-apa sesungguhnya adalah kesalahan terbesar.
Kehidupan dunia ini penuh resiko, tertawa beresiko tampak bodoh, menangis beresiko tampak sentimental, membantu orang lain beresiko terlibat, mengungkapkan perasaan beresiko memaparkan diri kita sebenarnya, mencinta beresiko sinta tidak dibalas, hidup beresiko mati, mengharap beresiko putus asa, mencoba beresiko gagal. Tetapi bukankah resiko harus diambil karena bencana terbesar dalam hidup ini adalah tidak beresiko apa-apa, berpikir tenang-tenang saja. Orang-orang yang seperti itu mungkin terhindar dari penderitaan dan kesedihan, tetapi mereka tidak belajar, merasa, berubah, tumbuh, mencinta atau hidup. Hanya orang yang mengambil resiko yang bebas.
Orang sukses tidak mencari keajaiban, jalan pintas atau memililh tugas-tugas ringan. Mereka mencari keberanian dan kekuatan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan. Mereka melihat pada apa yang masih ada ketimbang apa yang sudah hilang. Mengharap saja tidak akan membuat impian menjadi kenyataan. Doa-doa akan dikabulkan jika didukung dengan tindakan berani. Keberanian dan watak adalah perpaduan yang hebat untuk sukses dan inilah sesungguhnya yang membedakan antara orang biasa dengan orang luar biasa. Jika pikiran kita terpenuhi rasa berani, maka kata takut akan segera pergi. Keadilan dan kepercayaan diri tanpa keberanian tidak efektif, sedangkan keberanian tanpa watak adalah penundukkan.
Orang gagal hanya orang yang memikirkan dirinya akan gagal. SIkap mental kita sangat menentukan apakah kita akan sukses atau gagal. Dengan terus menerus berpegang pada pikiran optimistic, yang gembira, dengan selalu menatap kedepan, mengarahkan pandangan pada sasaran yang kita inginkan, kita akan mampu mengatasi kekecewaan-kekecewaan, kesulitan dan kegagalan yang bersifat sementara dalam hidup ini.
Bertindak lebih penting dari hanya sekedar memperdebatkan kata-kata. Orang yang benar-benar cakap tak akan menggembar-gemborkan prestasinya. Mereka membiarkan tindakan-tindakan mereka yang berbicara. Jika ada orang yang membanggakan prestasinya kepada orang lain maka orang tersebut tidak yakin dengan dirinya sendiri. Manager baseball Tommy Lasorda pernah berkata:
“ ada orang-orang yang hanya nonton apa yang terjadi, ada lagi yang hanya bertanya-tanya apa yang terjadi dan ada lagi orang yang membuat sesuatu terjadi”
Usahakan kita termasuk yang disebut terakhir, yaitu menjadi orang yang membuat sesuatu terjadi. Jika kita menunjukkan kepada orang lain apa yang dapat kita lakukan, mereka akan jauh lebih menghargai kita ketimbang jika kita mengatakan apa yang pernah kita lakukan. Kata-kata dapat dibantah oleh siapa saja, tetapi tindakan merupakan bukti nyata yang tak dapat terbantahkan. Berbicara berlebihan tidak sama dengan komunikasi. Akan lebih baik jika apa yang akan kita katakan ketimbang mengatakan apa yang kita pilih.
JIka kita ingin menapaki anak tangga pertama sukses, kita harus selalu mengambil inisiatif untuk menyelesaikan pekerjaan, kendatipun kita merasa pekerjaan itu tidak menantang, murahan, mudah atau mungkin tidak menyenangkan. Dengan cara ini kita akhirnya akan dihargai dimata orang lain. Salah satu karakter pemimpin adalah mampu mengambil inisiatif untuk menyelesaikan pekerjaan. Kita akan mendapatkan pekerjaan terbaik karena kita dapat membuktikan bahwa kita dapat dipercaya atas tanggungjawab yang sedang diemban.
Kita adalah ahli yang paling hebat dalam pekerjaan kita. Dalam setiap pekerjaan ada deskripsi tugas tapi hanya sedikit pekerjaan yang diserta instruksi rinci. Deskripsi pekerjaan hanya memberikan dasar dimana kita bias membangun pekerjaan yang baik untuk diri kita, jika kita memberi dengan sepenuh hati, maka pekerjaan kita akan merespon dengan memberikan kepuasaan penuh, pertumbuhan pribadi, penghargaan financial dan masa depan yang menjanjikan.
Kita mungkin pernah merasakan, bahwa kita sudah bekerja lebih, memberikan pelayanan ekstra dan sikap kita sudah berubah. Namun pelayanan yang kita berikan tidak lebih dari yang diberikan orang lain, ini berarti tidak aka nada gunanya untuk perkembangan diri kita. Pelayanan itu tidak terbatas pada tugas kita saja. Pelayanan menuntut kita untuk berusaha menjadi yang lebih baik dan meraih prestasi yang lebih tinggi dalam segala hal yang kita lakukan.
Wallahu a`lam bishowab
Sumber:
1. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh – Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)
2. Empwering Words, pedoman hidup pengusaha sukses dari Henry Ford sampai Bill Gates. Penyusun : Ida Prastiowati, Penerbit
Bidang PSDM
marzocchie uni
manager
Label: 1 Agustus 2009
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda